Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena “ghost jobs” atau lowongan kerja palsu semakin banyak dibicarakan dalam dunia rekrutmen.
Meskipun terdengar seperti taktik penipuan, sebenarnya ghost jobs adalah lowongan yang diposting oleh perusahaan nyata namun tidak benar-benar terbuka untuk saat ini. Fenomena ini semakin menonjol di tahun 2024, dan menjadi salah satu faktor yang memperumit gambaran pasar kerja global, khususnya di Amerika Serikat (AS).
Apa Itu Ghost Jobs?
Ghost jobs bukanlah lowongan fiktif dari perusahaan palsu yang bertujuan untuk menipu pencari kerja. Sebaliknya, ghost jobs adalah lowongan yang diposting oleh perusahaan sah, namun perusahaan tersebut sebenarnya tidak sedang mencari karyawan untuk posisi tersebut.
Menurut survei yang dilakukan oleh Resume Builder pada Mei 2024, empat dari sepuluh perusahaan mengakui memposting lowongan palsu, dan tiga dari sepuluh perusahaan sedang mengiklankan posisi yang tidak nyata.
Menurut Geoffrey Scott, Senior Content Manager di Resume Genius, ghost jobs biasanya merupakan posisi yang mungkin dibuka di masa depan, atau yang pernah dibuka namun kemudian ditutup atau ditunda karena alasan anggaran. “Lowongan tersebut bukan penipuan. Mereka dari perusahaan yang sah, tetapi posisi tersebut tidak benar-benar tersedia saat ini,” jelas Scott.
Mengapa Perusahaan Memposting Ghost Jobs?
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan memposting ghost jobs. Salah satu alasan utamanya adalah sebagai bagian dari strategi perencanaan tenaga kerja. Perusahaan mungkin memiliki rencana untuk mengisi posisi tersebut di masa depan dan ingin mengumpulkan data kandidat potensial terlebih dahulu.
Dengan mengiklankan posisi tersebut lebih awal, mereka dapat mengidentifikasi dan memelihara hubungan dengan calon karyawan terbaik sehingga ketika posisi tersebut benar-benar terbuka, mereka bisa bergerak lebih cepat.
Alasan lain adalah perusahaan menggunakan lowongan palsu sebagai bagian dari strategi pemasaran atau branding. Dalam beberapa kasus, perusahaan ingin menciptakan kesan bahwa mereka berkembang atau sedang merekrut secara agresif untuk memperkuat citra mereka sebagai perusahaan yang dinamis dan berinovasi. Ini juga bisa menjadi cara untuk menarik talenta di industri kompetitif, meskipun posisi tersebut belum ada.
Selain itu, ghost jobs bisa muncul ketika perusahaan terpaksa menunda atau membatalkan perekrutan karena masalah anggaran atau perubahan kondisi bisnis. Posisi yang awalnya dibuka kemudian ditutup, namun lowongan tersebut mungkin tetap muncul di berbagai situs pekerjaan, menciptakan kesan bahwa perusahaan sedang mencari kandidat, padahal kenyataannya tidak.
Dampak Ghost Jobs Terhadap Pasar Kerja
Fenomena ghost jobs memiliki dampak signifikan terhadap bagaimana pasar kerja dipahami dan dianalisis. Menurut Revelio Labs, sebuah perusahaan yang menyediakan data intelijen tenaga kerja, rasio perekrutan per lowongan telah menurun tajam dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019, untuk setiap 10 lowongan yang diposting, terdapat sekitar 8 perekrutan. Namun, pada 2024, rasio tersebut turun menjadi hanya 4 perekrutan per 10 lowongan. Ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara lowongan yang diposting dan kenyataan di lapangan.
Lisa Simon, Kepala Ekonom di Revelio Labs, menyebut tren ini sebagai perkembangan yang mengkhawatirkan. “Ini melemahkan sinyal dari sebuah lowongan pekerjaan. Kita jadi sulit mengetahui apakah perusahaan benar-benar berniat merekrut untuk posisi tersebut,” katanya. Hal ini membuat para pencari kerja menghadapi ketidakpastian, di mana mereka mengirimkan aplikasi untuk posisi yang mungkin sebenarnya tidak pernah ada.
Selain itu, meningkatnya ghost jobs juga memperumit proses pelaporan data pasar kerja. Jumlah lowongan yang diiklankan menjadi tidak dapat diandalkan sebagai indikator kesehatan pasar tenaga kerja, karena banyak dari lowongan tersebut mungkin tidak benar-benar merepresentasikan kebutuhan perusahaan. Hal ini juga mempersulit lembaga seperti Federal Reserve dalam membuat keputusan berdasarkan data tenaga kerja, karena laporan lowongan pekerjaan menjadi tidak akurat akibat adanya ghost jobs.
Apa Pengaruh Ghost Jobs Bagi Pencari Kerja?
Dari sudut pandang pencari kerja, ghost jobs menjadi salah satu tantangan besar di pasar tenaga kerja saat ini. Ketika seseorang melamar pekerjaan untuk posisi yang sebenarnya tidak ada, hal ini tidak hanya membuang waktu tetapi juga bisa memicu frustrasi yang mendalam. Banyak pencari kerja melaporkan kesulitan mendapatkan tanggapan dari perusahaan, meskipun ada banyak lowongan yang terdaftar di berbagai portal pekerjaan.
Dan Kaplan, seorang mitra senior di Korn Ferry, menyebutkan bahwa fenomena ini berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah orang yang disebut sebagai “unhirables,” yaitu mereka yang terus mengirim lamaran kerja namun tidak pernah mendapatkan respons atau kesempatan wawancara. “Ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan tidak bisa menemukan pekerjaan lagi. Mereka bahkan tidak bisa mendapatkan wawancara,” ujar Kaplan.
Bagi pencari kerja, memahami bahwa ghost jobs ada adalah langkah pertama untuk mengelola ekspektasi selama proses pencarian kerja. Penting untuk diingat bahwa tidak semua lowongan yang diposting mencerminkan kebutuhan nyata perusahaan pada saat itu. Oleh karena itu, pencari kerja perlu lebih berhati-hati dalam melamar dan tidak bergantung hanya pada jumlah lowongan yang tersedia sebagai indikator peluang kerja.
Bagaimana Cara Menghindari Ghost Jobs?
Meskipun ghost jobs bisa menjadi frustrasi bagi pencari kerja, ada beberapa strategi yang bisa diambil untuk mengatasi tantangan ini:
- Riset Perusahaan: Sebelum melamar, lakukan riset mendalam tentang perusahaan. Apakah perusahaan tersebut sedang mengalami masalah keuangan? Apakah mereka baru saja melakukan PHK? Informasi ini bisa memberikan petunjuk apakah perusahaan benar-benar sedang merekrut atau tidak.
- Cermati Deskripsi Pekerjaan: Ghost jobs sering kali memiliki deskripsi pekerjaan yang sangat umum atau tidak jelas. Jika lowongan tersebut tidak memberikan detail yang cukup tentang peran atau tanggung jawab, ada kemungkinan itu adalah ghost job.
- Jaringan Profesional: Membangun jaringan dengan profesional di industri yang sama bisa membantu mengetahui informasi lebih akurat tentang lowongan kerja yang benar-benar ada. Terkadang, informasi dari mulut ke mulut lebih dapat diandalkan daripada iklan lowongan di portal pekerjaan.
- Fleksibilitas dalam Pencarian: Jangan hanya mengandalkan satu sumber dalam mencari pekerjaan. Gunakan berbagai platform dan bahkan pertimbangkan menggunakan jasa perekrut untuk mendapatkan wawasan lebih baik tentang posisi yang benar-benar terbuka.
Kesimpulan
Fenomena ghost jobs menambah lapisan kompleksitas di pasar kerja saat ini. Meski lowongan ini bukan penipuan, mereka menciptakan tantangan bagi pencari kerja dan pengambil kebijakan yang berusaha menganalisis kondisi pasar tenaga kerja.
Untuk menghadapi dan menghindari ghost jobs, penting bagi pencari kerja untuk lebih berhati-hati, melakukan riset yang mendalam, dan tetap fleksibel dalam pendekatan mereka terhadap proses pencarian kerja. Di sisi lain, perusahaan perlu lebih transparan dalam memposting lowongan untuk memastikan integritas pasar kerja tetap terjaga.