Setiap tahunnya, ada penyesuaian terkait UMR atau UMK di Indonesia berdasarkan kebijakan pemerintah daerah. Ketetapan UMR (Upah Minimum Regional) oleh pemerintah merupakan bagian dari perlindungan minimal upah yang layak bagi pekerja.
Namun, di beberapa daerah, terutama di kota-kota kecil di Indonesia, angka UMR lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Angka ini dapat mendeskripsikan standar hidup serta prospek pekerjaan di wilayah tersebut. Berikut ulasan terkait daftar daerah yang mencatatkan UMR terendah di Indonesia tahun 2025.
Daftar UMR Terendah di Indonesia 2025
Berikut adalah urutan 10 daerah dengan UMR terendah di Indonesia tahun 2025:
1. Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah – Rp2.170.475
Kabupaten Banjarnegara menempati posisi pertama dalam daftar UMR terendah di Indonesia tahun 2025. Berdasarkan laporan terbaru, UMK Banjarnegara yaitu sebesar Rp2.170.475. Meskipun begitu, tinggal di daerah ini lebih murah daripada kota-kota besar di Jawa Tengah seperti Semarang dan Solo. Banjarnegara dikenal dengan sektor pertanian dan pariwisatanya, terutama wisata Dieng yang mendunia.
2. Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah – Rp2.180.587
Wonogiri, yang terkenal dengan hasil pertanian dan perikanannya, mencatatkan UMK sebesar Rp2.180.587 pada tahun 2025. Meski UMK-nya rendah, sektor perikanan dan perkebunan di Wonogiri memberikan peluang pekerjaan yang signifikan, terutama bagi masyarakat lokal.
3. Kabupaten Sragen, Jawa Tengah – Rp2.182.200
Sragen, yang dikenal sebagai salah satu kabupaten yang berkembang pesat di Jawa Tengah, memiliki UMK Rp2.182.200. Meski berada di peringkat ketiga rendah, Sragen memiliki beberapa industri manufaktur dan pertanian yang menjadi sumber lapangan kerja utama.
4. Kota Banjar, Jawa Barat – Rp2.204.754
Kota Banjar mencatatkan diri di urutan ke-4 sebagai wilayah dengan UMR terendah di Indonesia dengan angka Rp2.204.754. Kota ini merupakan daerah strategis yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, dikenal dengan industri pertanian dan kerajinan tangan.
5. Kabupaten Kuningan, Jawa Barat – Rp2.209.519
Kabupaten Kuningan menetapkan UMR Rp2.209.519 pada tahun 2025, terendah kelima di Indonesia. Kabupaten ini terkenal sebagai destinasi wisata alam, dan industri pariwisata menjadi salah satu sumber penghasilan utama. Meski UMR-nya rendah, Kuningan menawarkan lingkungan hidup yang asri dan harga kebutuhan pokok yang terjangkau.
6. Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat – Rp2.221.724
Pangandaran, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata pantai terbaik di Jawa Barat, memiliki UMR Rp 2.221.724. Sektor pariwisata dan perikanan merupakan tulang punggung ekonomi di Pangandaran, memberikan banyak peluang kerja bagi penduduk lokal.
7. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat – Rp2.225.279
Dengan UMR Rp2.225.279, Ciamis menempati posisi ketujuh sebagai berdasarkan UMR terendah di Indonesia, tetapi juga menawarkan biaya hidup terjangkau di Jawa Barat. Ekonomi Ciamis didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan kecil-kecilan, meskipun potensi pariwisata daerah ini juga terus berkembang.
8. Kabupaten Rembang, Jawa Tengah – Rp2.236.168
Rembang di Jawa Tengah mencatatkan UMK sebesar Rp 2.236.168. Kabupaten ini memiliki industri garam yang terkenal serta beberapa usaha kecil dan menengah yang mendukung perekonomian lokal.
9. Kabupaten Blora, Jawa Tengah – Rp2.238.430
Dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati dan minyak bumi, Blora memiliki UMK Rp2.238.430. Meskipun potensi pendapatan terbatas, tinggal di wilayah ini juga lebih murah. Saat ini, Blora ditopang oleh industri kayu dan minyak bumi untuk lapangan kerja.
10. Kabupaten Brebes, Jawa Tengah – Rp2.239.801
Brebes terkenal dengan produksi bawang merahnya, yang telah menjadi ikon daerah. Dengan UMK sebesar Rp2.103.100, Brebes masih bersandar pada sektor pertanian dan perikanan. Ini menempatkannya di urutan ke-10 sebagai daerah dengan UMK terkecil di Indonesia.
Peluang dan Tantangan
Di satu sisi, meniti karier atau bekerja dengan gaji UMR terendah di daerah seperti Banjarnegara dan Wonogiri akan penuh tantangan. Namun di sisi lain, standar penghasilan ini seimbang dengan harga-harga kebutuhan pokok di daerah tersebut yang lebih terjangkau. Daerah-daerah ini pilihan yang menarik bagi pekerja yang ingin hidup sederhana, hemat, dan menghindari hiruk-pikuk kota besar.
Baca juga: Mau Merantau Kerja? Intip 8 Kota yang Menjanjikan!
Namun, rendahnya UMR dan UMK juga mencerminkan keterbatasan dalam akses terhadap lapangan pekerjaan dengan gaji tinggi serta keterbatasan fasilitas dan infrastruktur. Sektor pertanian dan industri skala kecil masih menjadi tulang punggung ekonomi di kawasan tersebut sehingga pekerja perlu lebih fleksibel dan siap untuk bekerja di sektor-sektor ini.
Sebagai perbandingan, Kota Bekasi, Jawa Barat memantapkan posisinya sebagai daerah dengan UMR tertinggi di Indonesia. Tercatat, dengan kenaikan 6,5%, UMK Bekasi menjadi Rp5.690.752 pada 2025. Bekasi, yang terletak di dekat ibu kota Jakarta, memiliki perkembangan industri yang pesat, mulai dari manufaktur hingga teknologi informasi serta memiliki infrastruktur dan fasilitas publik yang memadai.
Hubungan UMR dan Biaya Hidup
Biasanya, UMR mencerminkan tingkat biaya hidup di suatu daerah. Semakin tinggi UMR, semakin mahal biaya hidup di daerah tersebut. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bekasi yang memiliki UMR tinggi cenderung lebih mahal dalam hal pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti perumahan, transportasi, dan makanan.
Sebaliknya, daerah-daerah dengan UMR terkecil seperti Kabupaten Banjarnegara, Wonogiri, dan Sragen menawarkan biaya kebutuhan dasar yang murah. Baca juga: Daerah dengan Biaya Hidup Terjangkau.
Mengapa UMR Bisa Rendah?
UMR di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya KHL (Kebutuhan Hidup Layak), Inflasi, Produktivitas (Daya Beli), dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Daerah dengan UMR rendah berarti ada indikasi masalah dalam aspek-aspek yang disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah akan selalu menyesuaikan UMR dengan faktor-faktor strategis yang memengaruhinya.
Kesimpulan
Jadi, ada 10 daerah dengan UMR terendah di Indonesia pada tahun 2025, urutan pertama ditempati Kabupaten Banjarnegara, diikuti oleh Wonogiri di posisi kedua, dan Sragen di peringkat ketiga. Umumnya, daerah dengan UMR atau UMK terkecil ini masih bersandar pada sektor pertanian, manufaktur skala kecil, dan pariwisata dengan peluang kerja yang terbatas.
Namun, ini sebanding dengan biaya kebutuhan hidup di daerah-daerah tersebut yang dianggap jauh lebih terjangkau daripada kota-kota besar dengan UMR yang lebih tinggi.