Di tengah laju teknologi yang semakin cepat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi kekuatan utama yang membentuk lanskap pekerjaan masa depan.
Banyak laporan terbaru menggambarkan dengan jelas tentang bagaimana dampak AI terhadap pekerjaan di tahun-tahun ke depan yang diprediksi memberi pengaruh besar. Ini mulai dari mengambil pekerjaan yang sudah ada saat ini hingga menciptakan peluang baru dan menyelaraskan individu dengan pekerjaan yang lebih cocok.
Perubahan Drastis dalam Dunia Kerja
Dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, proyeksi tentang masa depan pekerjaan telah mengalami pergeseran dramatis. Yang paling terbaru dan hangat diperbincangkan, misalnya, dampak AI terhadap pekerjaan di masa depan.
Perkembangan pesat dalam bidang artificial intelligence (AI), ditambah dengan berbagai faktor seperti pandemi global, konflik internasional, dan guncangan ekonomi, telah mengganggu peran tradisional pekerjaan.
Laporan terbaru dari Indeed tentang masa depan pekerjaan global tahun 2024 menjelaskan bahwa sebagian besar pencari kerja di AS (lebih dari 7 dari 10) merasa pekerjaan mereka akan berubah dalam 5 tahun ke depan karena adanya teknologi baru di tempat kerja.
Sekitar 30% dari mereka bahkan mengharapkan perubahan yang besar dalam keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan mereka saat ini.
Namun, meskipun ada kekhawatiran tentang perubahan ini, sebagian besar responden (92%) merasa yakin bahwa mereka bisa menyesuaikan diri dengan baik dengan otomatisasi dan teknologi yang semakin maju. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketidakpastian, banyak orang tetap percaya diri dalam kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan.
Namun, sekitar setengah dari semua responden di AS (47%) percaya bahwa lebih banyak pekerjaan akan hilang karena adanya kecerdasan buatan (AI) daripada yang diciptakan. Oleh karena itu, penting bagi pekerja untuk siap beradaptasi dengan cepat dengan belajar keterampilan baru yang dipengaruhi oleh teknologi.
Meskipun AI menciptakan peluang baru, sebagian besar responden percaya bahwa lebih banyak pekerjaan akan hilang dibandingkan yang diciptakan oleh AI. Hal ini memperkuat urgensi untuk terus mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja yang terus berubah.
Persiapan Diri oleh Pekerja untuk Menatap Masa Depan
Di tengah perubahan yang cepat ini, penting bagi individu untuk mempersiapkan diri dengan baik. Melalui upskilling dan reskilling, pekerja dapat meningkatkan keterampilan mereka untuk tetap relevan dalam pasar kerja yang terus berubah.
Menurut data terbaru dari Indeed, hanya sekitar 45% pencari kerja di AS yang mengklaim telah meningkatkan keterampilan dalam tiga tahun terakhir untuk mengembangkan keterampilan jangka panjang. Ini menunjukkan perlunya peningkatan inisiatif dalam pengembangan keterampilan.
Bukan hanya tanggung jawab individu saja, perusahaan juga memiliki peran penting dalam menyediakan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar. Namun, data menunjukkan bahwa hanya sekitar 35% perusahaan di AS yang menawarkan pelatihan spesifik peran secara teratur.
Namun, penting untuk diingat bahwa upskilling dan reskilling bukanlah proses yang mudah. Banyak pekerja mungkin menghadapi hambatan seperti keterbatasan waktu, biaya, dan aksesibilitas program pelatihan.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk menciptakan program-program yang memfasilitasi pengembangan keterampilan yang lebih mudah diakses dan terjangkau bagi semua orang.
Berikut adalah empat strategi kunci untuk bersaing sebagai pencari kerja di era berbasis artficial intelligence (AI) ini:
- Terus Belajar: Jadilah bagian dari budaya pembelajaran yang terus berlanjut. Dengan terus memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, Anda akan siap untuk mengikuti perubahan yang cepat di dunia kerja.
- Berkolaborasi dengan Mentor dan Rekan Sejawat: Ajaklah kolaborasi antar-disiplin dan berbagi pengetahuan dengan mentor dan kolega Anda. Dengan cara ini, Anda bisa memanfaatkan kekuatan kombinasi antara kecerdasan manusia dan kecanggihan AI untuk mendorong inovasi dan kreativitas.
- Pahami Etika AI: Prioritaskan nilai-nilai etika dalam penggunaan teknologi AI. Pastikan bahwa pengembangan dan implementasi AI dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
- Ketahui Kekuatan Manusia vs. Teknologi: Meskipun AI mungkin lebih unggul dalam analisis data menurut 57% responden, keputusan manusia dan empati tetap menjadi kekuatan utama di tempat kerja. Jangan lupakan kesejahteraan dan martabat karyawan manusia di tengah perubahan teknologi; hal ini harus ditempatkan di atas inovasi teknologi.
Peran Kecerdasan Buatan dalam Proses Rekrutmen
Tidak dapat dipungkiri, dampak AI terhadap pekerjaan sangat signifikan, baik dari sisi negatif maupun positif, tergantung perspektif yang digunakan. Di satu sisi, meskipun artificial intelligence (AI) dapat mengancam pekerjaan yang ada, itu di sisi lain juga membuka peluang baru seperti dalam proses HR recruitment.
Dengan kemampuan untuk menganalisis data secara cepat dan akurat, AI dapat membantu mengidentifikasi bakat yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan lebih efisien. Mengutip Indeed, berdasarkan data dari YouGov, sebagian besar orang (64%) percaya bahwa AI dan otomatisasi akan membuat rekrutmen menjadi lebih cepat, dan sebagian besar juga percaya bahwa ini akan membantu menemukan bakat dengan lebih tepat (55%). /
Namun, hanya sedikit (24%) dari pengambil keputusan di bidang manajemen sumber daya manusia (HRDMs) yang merasa bahwa rekrutmen telah menjadi lebih mudah dalam lima tahun terakhir. Sebaliknya, banyak dari mereka (40%) merasa bahwa rekrutmen justru semakin sulit.
Alasan untuk kesulitan ini beragam, termasuk kesenjangan antara permintaan dan penawaran keterampilan yang berkualifikasi (48%) serta perubahan preferensi kandidat, seperti keinginan untuk bekerja dari jarak jauh (40%).
Selain itu, sekitar 35% HRDMs menghadapi tantangan dalam mengelola pergeseran demografis, terutama dalam mengatasi bias terhadap pekerja yang lebih tua. Namun, menariknya, 91% pekerja yang berusia di atas 65 tahun merasa yakin dalam kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan di tempat kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun demografi pekerjaan bergeser, banyak pekerja yang lebih tua telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan meningkatkan keterampilan mereka sepanjang karir mereka. Ini memberikan argumen lebih lanjut untuk mendukung penyerapan keterampilan, bahkan tanpa keterlibatan teknologi canggih.
Dalam upaya untuk meminimalkan bias dalam rekrutmen berbasis AI, penting untuk mengembangkan algoritma yang transparan dan terukur serta secara terus menerus memantau dan mengevaluasi kinerja sistem tersebut. Selain itu, perlu dilakukan pelatihan kepada para profesional HR untuk memahami dan mengelola alat-alat AI dengan bijaksana.
Baca juga: Memahami Fungi, Peran, Tugas HR secara Komprehensif
Simpulan
Pada intinya, peran artificial intelligence (AI) dalam dunia kerja tidak dapat dihindari. Dampak AI terhadap pekerjaan di satu sisi dapat mereduksi pekerjaan yang sudah ada, tetapi di sisi lain juga membuka berbagai jenis pekerjaan baru.
Dengan persiapan yang tepat dan sikap yang adaptif, pekerja dan perusahaan dapat mengambil manfaat dari perubahan ini. Dengan fokus pada pembelajaran berkelanjutan, kolaborasi antarindustri, dan penerapan etika dalam penggunaan teknologi, kita dapat menyongsong masa depan kerja yang lebih baik, di mana kecerdasan buatan menjadi sekutu, bukan ancaman.