HRnesia
  • About us
  • Dunia HR
  • Dunia Karier
  • Tips Penting
  • Side Hustle
  • Karier
No Result
View All Result
  • About us
  • Dunia HR
  • Dunia Karier
  • Tips Penting
  • Side Hustle
  • Karier
HRnesia
No Result
View All Result

Alfatur Devaki: Sumber Kekecewaan Bukan Karena Ekspektasi Tinggi, Melainkan Ketidaksiapan Menerima Kenyataan

admin by admin
12/06/2025
in Psikologi
0
Alfatur Devaki: Sumber Kekecewaan Bukan Karena Ekspektasi Tinggi, Melainkan Ketidaksiapan Menerima Kenyataan
0
SHARES
1.1k
VIEWS
Share on FBShare on XShare on LinkedinShare on WA

Rasa kecewa adalah bagian dari kehidupan manusia, dan itu lumrah terjadi. Namun, yang menarik untuk dikaji bukanlah apakah kita akan mengalami kekecewaan, melainkan mengapa kita kecewa. Dalam diskursus umum, kekecewaan sering dikaitkan dengan ekspektasi yang terlalu tinggi.

Recommended Post

Jurusan Psikologi Terbaik di Indonesia (Universitas Negeri & Swasta)

Psikologi Positif: Bangun Kebahagiaan & Kesejahteraan Hidup

Pengembangan Diri: Kunci Menuju Kehidupan yang Lebih Bermakna

Namun, menurut Alfatur Devaki, founder & pendiri HRnesia, sumber utama kekecewaan bukan karena ekspektasi yang tinggi, melainkan karena hati yang belum siap menerima takdir atau kenyataan yang berbeda dari harapan. Pernyataan Alfatur ini menggeser fokus dari aspek kognitif menuju aspek afektif dan spiritual.

Teori Psikologi tentang Kekecewaan

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Menurut Victor Vroom dalam Expectancy Theory of Motivation, seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu jika mereka percaya bahwa usahanya akan membawa pada hasil tertentu yang mereka nilai penting. Dalam konteks ini, ketika ekspektasi tidak terpenuhi, maka akan timbul emosi negatif seperti kecewa, frustrasi, atau marah.

Namun, teori ini hanya menjelaskan mekanisme harapan dan hasil—bukan bagaimana seseorang merespons secara emosional ketika hasil tidak sesuai harapan. Di sinilah teori lain masuk.

2. Teori Cognitive Appraisal (Richard Lazarus)

Menurut Lazarus, emosi seperti kecewa muncul ketika seseorang melakukan penilaian kognitif (appraisal) terhadap situasi yang dianggap merugikan atau mengancam kesejahteraannya. Artinya, kekecewaan bukan hanya soal ekspektasi yang tidak terpenuhi, tetapi juga soal bagaimana seseorang menilai kenyataan itu. 

Dua orang bisa menghadapi kegagalan yang sama, tetapi hanya satu yang merasa kecewa, karena perbedaan dalam cara menilai dan menerima kenyataan.

Inilah yang senada dengan pemikiran Alfatur Devaki: yang menentukan munculnya rasa kecewa bukan hanya harapan yang tidak tercapai, tetapi cara jiwa kita merespons kenyataan yang berbeda dari harapan.

Jangan Salahkan Ekspektasi, Cukup Siapkan Hati dalam Menerima Kenyataan

Alfatur Devaki memiliki pandangan tersendiri terhadap sumber kekecewaan. Alih-alih menyalahkan harapan atau ekspektasi yang tinggi, ia justru mendorong kita untuk ikhlas menerima takdir yang terkadang tidak sesuai harapan.

“Sumber kekecewaan bukan karena ekspektasi yang terlalu tinggi, melainkan ketidaksiapan hati menerima kenyataan hidup. Tak perlu menurunkan ekspektasi karena tingginya ekspektasi bisa meningkatkan semangat hidup dan daya juang, cukup persiapkan jiwa dalam menerima takdir.” – Alfatur Devaki

Pandangan ini sangat dekat dengan prinsip Acceptance and Commitment Therapy (ACT) dalam psikologi modern. Dalam ACT, menerima kenyataan tanpa menghakimi adalah bagian dari terapi untuk menghadapi tekanan emosional. Kekecewaan akan jauh lebih ringan jika seseorang mampu menerima kenyataan sebagai bagian dari alur hidup, bukan sebagai kegagalan mutlak.

Contoh Ketika Harapan Tidak Sama dengan Takdir

1. Kisah Kehidupan Pribadi

Bayangkan seseorang yang sejak kecil bercita-cita menjadi atlet profesional dan bermain untuk tim nasional. Ia berlatih keras, disiplin, dan berkompetisi di berbagai ajang. Tapi karena suatu cedera berat, semua impian itu harus berakhir.

Apakah ia salah karena memiliki impian besar? Tidak. Yang membuatnya kecewa adalah karena ia belum siap menerima bahwa hidup bisa berubah arah tanpa izin kita. Ketika akhirnya ia belajar menerima kenyataan tersebut, barulah kedamaian hadir, bahkan bisa menemukan jalan hidup yang baru.

2. Contoh dalam Dunia Investasi

Dalam dunia investasi, rasa kecewa sangat umum. Seorang investor pemula bisa saja membeli saham yang direkomendasikan oleh influencer dengan harapan naik 100% dalam sebulan. Namun, pasar ternyata bergerak turun karena kondisi makroekonomi global. Nilai portofolionya anjlok 40%.

Jika investor itu kecewa dan menyalahkan pasar, itu tanda bahwa ia belum siap menerima bahwa investasi adalah dunia yang penuh risiko dan tidak bisa diprediksi. Ia belum siap menghadapi takdir berbeda dari harapan, bukan karena ekspektasinya salah.

Inilah sebabnya investor berpengalaman sering mengingatkan: “Expect the unexpected.” Atau seperti kata Warren Buffett, “Risk comes from not knowing what you’re doing.” Dan juga, “Your emotional stability is more important than your IQ.”

Mengelola Kekecewaan secara Psikologis

Berikut beberapa pendekatan psikologis dan spiritual untuk mengelola kekecewaan secara sehat:

1. Mindfulness dan Kesadaran Emosional

Latih diri untuk sadar ketika emosi negatif mulai muncul. Alih-alih menolak rasa kecewa, terima keberadaannya dengan sadar. Ini akan membantu Anda memilah: mana yang bisa dikontrol, dan mana yang bukan kendali Anda.

2. Latihan Menerima (Radical Acceptance)

Konsep ini populer dalam Dialectical Behavior Therapy (DBT), yaitu menerima kenyataan tanpa menolak atau berusaha memanipulasi emosi. Ini bukan berarti pasrah, tapi sadar bahwa menolak kenyataan hanya memperpanjang penderitaan.

3. Tawakal dan Spiritualitas

Dalam Islam, konsep tawakal mengajarkan bahwa manusia wajib berikhtiar, tetapi hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Di sini, keseimbangan antara usaha dan penerimaan takdir menjadi kunci kebebasan emosional.

Pandangan Alfatur Devaki selaras dengan prinsip ini—bahwa kekuatan spiritual dan mental ada dalam kemampuan menerima takdir dengan hati yang lapang.

Penutup: Kekecewaan Bisa Dikelola dengan Kesadaran

Kita hidup dalam dunia yang penuh ketidakpastian. Ekspektasi adalah fitrah manusia, tapi ekspektasi bukan sumber utama kekecewaan. Yang paling menentukan adalah bagaimana kesiapan hati kita menerima kenyataan yang tidak sesuai rencana.

Pandangan Alfatur Devaki menempatkan “penerimaan takdir” sebagai fondasi spiritual dan emosional untuk menghadapi realitas hidup. Dan psikologi pun membenarkan bahwa penerimaan adalah kunci utama untuk menjaga kesehatan mental.

Jika kita mampu melihat setiap kegagalan sebagai bagian dari proses hidup yang lebih besar—bukan sebagai akhir segalanya—maka kekecewaan akan menjadi guru, bukan musuh.

Tags: ekspektasiharapanikhlaskekecewaantakdir
Previous Post

Instruksi Kerja vs SOP: Perbedaan, Fungsi, dan Implementasi

Related Posts

daftar universitas dengan jurusan psikologi terbaik di Indonesia

Jurusan Psikologi Terbaik di Indonesia (Universitas Negeri & Swasta)

18/01/2025
apa itu psikologi positif

Psikologi Positif: Bangun Kebahagiaan & Kesejahteraan Hidup

09/01/2025
contoh pengembangan diri

Pengembangan Diri: Kunci Menuju Kehidupan yang Lebih Bermakna

03/01/2025

Top Stories

Alfatur Devaki: Sumber Kekecewaan Bukan Karena Ekspektasi Tinggi, Melainkan Ketidaksiapan Menerima Kenyataan

Alfatur Devaki: Sumber Kekecewaan Bukan Karena Ekspektasi Tinggi, Melainkan Ketidaksiapan Menerima Kenyataan

12/06/2025
perbedaan instruksi kerja dan SOP

Instruksi Kerja vs SOP: Perbedaan, Fungsi, dan Implementasi

27/01/2025
Apa itu Talent Acquisition

Talent Acquisition vs Recruitment: Perbedaan & Relevansinya

27/01/2025

About Us

HRnesia.com adalah platform edukatif yang didedikasikan untuk membantu Anda membangun karier yang sukses di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Kami menyediakan panduan praktis, tips karier, dan wawasan mendalam tentang manajemen SDM. Melalui konten berkualitas, kami berkomitmen untuk mendukung profesional SDM dari berbagai level, mulai dari pemula hingga eksekutif, dalam mengembangkan skills, memperluas pengetahuan, dan mencapai tujuan karier. Kami percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin SDM yang hebat.

Categories

  • Dunia HR
  • Dunia Karier
  • Tips Penting
  • Side Hustle

Connect on Social

© 2019 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • About us
  • Dunia HR
  • Dunia Karier
  • Tips Penting
  • Side Hustle
  • Karier

© 2024